| |

#Creepystory (1)


Bagiku, rumah sakit merupakan salah satu tempat yang menyeramkan. Tapi, karena sejak kecil aku sering keluar masuk rumah sakit. Aku pun mulai terbiasa dengan keberadaan 'mereka' disana. Aku memang bisa melihat makhluk yang orang bilang tak kasat mata, dan kalian pasti tahu hubungan erat rumah sakit dengan 'mereka'. 

Siapa yang tidak bosan jika berada di rumah sakit? Kalian pernah mengalaminya juga, kan? Saat dimana sudah mulai pulih, namun belum diizinkan pulang ke rumah karena serangkaian tes lain. Ya, aku sering mengalaminya. Ketika suatu malam aku belum bisa tidur, aku pun berjalan-jalan ke lobi rumah sakit. Ya... Ya... Kuakui aku memang sangat bosan dan bingung harus mengerjakan apa. Akhirnya aku pun duduk di lobi rumah sakit yang sudah sangat sepi. Sekadar membuka aplikasi di handphone sampai main game. 

Entah darimana datangnya, tiba-tiba ada seorang bapak setengah baya duduk disampingku. Kami berjarak dua kursi. Bapak itu hanya diam. Kalian tahu baju rumah sakit yang seperti daster? Setahuku, baju itu biasa digunakan saat akan masuk ruang operasi. Nah, si bapak memakai baju itu. Berwarna hijau dan sudah terlihat agak memudar. Tatapan matanya kosong menghadap meja resepsionis, rambutnya hampir semua tertutup uban, wajahnya pun pucat. 

Jam di dinding rumah sakit sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Di belakangku hanya ada penjaga admin yang sedang nonton tv dan tidak terlalu memperhatikan kami. Aku pun bertanya kepada bapak tua itu.

"Pak, jam segini masih di luar. Nggak bisa tidur juga, ya?"

"Iya, de." Bapak itu menjawab tanpa menoleh kepadaku. Hanya jawaban singkat itu yang aku dapat.

"Nggak balik aja ke kamar, pak?" tanyaku lagi padanya.

"Saya udah nggak di kamar lagi. Mari, de, saya balik ke ruangan saya." Bapak itu beranjak dari tempat duduknya.

Aku pun memikirkan kata-katanya. Bagaimana mungkin dia tidak dirawat di kamar? Atau mungkin dia dari IGD? Karena penasaran, aku mengikuti bapak itu perlahan-lahan.

Apakah kalian bisa menebak kemana dia pergi? Ya.... Aku memperhatikan bapak itu memasuki kamar mayat dari jauh. Ia membuka pintunya perlahan-lahan dan masuk kesana. Penjaga kamar yang duduk di depan pintu tidak bergeming sama sekali.

Aku menghampiri penjaga kamar mayat. "Pak, nggak lihat ada bapak-bapak yang masuk sini?"

"Ah, nggak ada orang daritadi, mbak."

Seketika itu juga aku merasa bulu kudukku meremang.

"Mbak, bapak-bapaknya seperti apa?" tanya penjaga kamar itu.

"Pakai baju hijau, rambutnya sudah hampir putih semua. Badannya juga kurus dan wajahnya pucat." Suaraku agak bergetar. Perasaanku sangat tidak enak.

"Sini, mbak." Penjaga itu membuka pintu kamar mayat dan menggiringku masuk.

Ada tiga mayat yang tertutup kain disana. Dia pun membuka kain penutup mayat yang paling kiri.

"Ini atau bukan?" tanyanya.

Aku membelalak, itu.... adalah bapak yang duduk di sampingku di lobi tadi. Terbujur kaku dengan mata tertutup dan baju hijau yang sama.

"I... I... Iya, mas." Aku terbata-bata. Jantungku seketika berdegup lebih cepat. Dingin langsung terasa sangat menusuk tubuhku.

"Mari, mbak. Kita keluar."

Aku seperti terpaku disana. Sampai si penjaga itu menepuk pundakku dan memapahku keluar dari sana.

"Maaf, ya, Mbak. Disini memang kadang seperti itu. Ada saja yang mengganggu. Ayo, saya antar ke kamar."

Penjaga kamar itu pun mengantarku ke kamar. Aku terlalu lemas untuk mengucapkan terima kasih kepadanya.

Saat aku sudah berbaring, kulihat penjaga kamar itu menembus pintu dan menghilang.
author

About Author:

"I'm just a weirdo who live between two worlds".
Follow her on Twitter and facebook


Back To Top