| |

Danur - Gerbang Dialog Aku Menuju Dunia Kepenulisan


"Enak nggak sih jadi Indigo? Aku pengin deh jadi Indigo."

Setiap orang yang baru pertama kali kenal aku pasti akan bertanya hal ini. Aku pun harus selalu menjawab pertanyaan mereka, walapun setelahnya aku menghela nafas panjang.

As an Indigo, aku selalu merasa hal ini adalah kutukan. Hal yang tidak mengenakkan selalu jadi kutukan, kan? Sekarang kalian tahu jawabannya, kan? Jika kalian ingin menjadi Indigo, aku akan dengan rela memberikan kemampuanku untuk kalian. 

Aku selalu merasa terbeban sampai suatu kali aku membaca Danur karya Risa Saraswati. Aku punya cerita sendiri tentang buku Danur ini.



Setelah selesai membaca novel ini, aku sempat berpikir, "Enak kali, ya, kalau bisa komunikasi sama roh". Karena sebelumnya aku memang nggak bisa berkomunikasi dengan roh. Sejak kecil, aku hanya bisa melihat mereka, dengan segala bentuk mereka, dan kegiatan mereka. And that's all.

Aku nggak tahu ini ada hubungannya atau nggak. Tapi banyak orang bilang "setiap apa yang kau harapkan dan kau ucapkan itu adalah doa". Singkat cerita, aku mengalami koma karena sakit. Lalu, saat aku sadar, aku bisa mendengar suara seorang suster yang meminta tolong. Voila! Kenapa tiba-tiba aku bisa mendengar suara suster dengan baju penuh darah itu?

Nggak berhenti di situ. Sejak saat itu aku jadi semakin sering berkomunikasi dengan mereka. Aku stress, bisa melihat mereka saja kadang sudah menjadi siksaan bagiku. Karena wujud mereka yang kadang nggak utuh, dan sangat mengganggu penglihatan.

Aku bingung harus cerita kemana. Akhirnya aku pun mencoba untuk menuliskan pengalamanku itu dalam cerita pendek. Aku terinspirasi novel Danur yang ditulis oleh Risa. Aku berpikir, Risa saja bisa menceritakan pengalamannya ke dalam sebuah novel. Masa aku nggak bisa. Lagian kan aku buatnya juga cerpen, bukan novel. 

Setiap aku berkomunikasi dengan mereka, aku akan menuliskannya. Semua orang bisa membacanya dengan bebas di Kaskus. Berbagai komentar, pro dan kontra. Tapi aku nggak peduli, aku merasa lega karena bisa menceritakan pengalamanku.

Sampai suatu saat, ada editor yang mengirimiku pesan. Meminta untuk ceritaku diterbitkan menjadi sebuah novel. Jujur, nggak pernah terpikir sekalipun untuk memasuki dunia kepenulisan. Apalagi sebagai seorang penulis. Aku sempat ragu, aku takut nggak mampu. Tetapi, mas editor meyakinkan bahwa ceritaku itu bagus dan aku pasti bisa menulis.

Proses demi proses terlewat. Akhirnya, aku bisa membukukan curhatanku menjadi sebuah buku. Aku pun berharap, buku yang aku tulis juga bisa menjadi cerita yang bukan hanya menampilkan sisi horor. Tetapi, ada pelajaran yang bisa pembaca dapat saat selesai membaca novelku.

Jika kalian ingin tahu lebih banyak tentang Indigo, datanglah ke acara ini:


Mari bersama menelusuri sisi indah dan kelam dari sebuah kisah persahabatan seorang manusia dengan 'mereka' yang tak kasat mata.

Aku yakin bukan hanya Risa yang ada di sana, tetapi juga sahabat-sahabat kecilnya.



Ada satu kutipan dari Danur yang selalu aku ingat....

“Terima kasih Tuhan, hidupku indah”
author

About Author:

"I'm just a weirdo who live between two worlds".
Follow her on Twitter and facebook


Back To Top