| |

#Creepystory (2)


Cerita ini aku tulis berdasarkan gambar yang aku lihat di ask.fm. Aku lupa ask.fm-nya siapa. But, yeah... Please enjoy it.

Sebagai seorang dokter bedah, adalah hal yang wajar jika aku terlibat dalam operasi seseorang demi menyelamatkan nyawa mereka. Wajar pula jika aku menginap di rumah sakit.

Kalian pasti tahu, kan? Rumah sakit selalu menyimpan cerita mistis tersendiri. Ya, bukan hanya rumah sakit. Tetapi setiap tempat memang mempunyai rahasianya sendiri. Begitu juga dengan tempatku bekerja sekarang, tersebar cerita-cerita menyeramkan yang kadang membuat bulu kuduk bisa meremang.

"Dok, nggak pulang hari ini?", tanya Suster Biyan kepadaku.

"Nggak, Sus. Besok dinas pagi, tanggung pulang sekarang."

Aku melirik jam yang ada di tanganku, sudah menunjukkan pukul setengah satu pagi.

"Sekarang hari Selasa, lho, Dok. Hati-hati kalau dengar lagu Belanda malam ini. Jangan sendirian di ruangan." Suster Biyan memperingatkanku.

Di sini, sudah menjadi rahasia umum jika Selasa malam selalu menjadi malam yang menyeramkan. Banyak yang sering mendengar lagu berbahasa Belanda di sekitar koridor rumah sakit atau sekitar halaman belakang.

"Iya, Sus. Hati-hati juga di parkiran ada noni Belanda." jawabku sembari bercanda.

Di parkiran luar rumah sakit memang seringkali terlihat sosok perempuan Belanda dengan gaun putih, berdiri menatap kosong lalu kemudian tertawa melengking dan menyeramkan.

"Ah, Dokter Banyu, nih. Untung saya pulang sama Suster Priska."

Aku pun hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanan kembali ke ruanganku.

Kusandarkan kepalaku ke kursi, menarik napas panjang sembari melepaskan jas putihku. Hari yang melelahkan. Aku baru selesai melakukan operasi seorang wanita muda. Beliau kecelakaan dan mengalami pendarahan otak. Sayangnya, Tuhan lebih mengasihinya. Wanita muda itu tidak tertolong lagi, ia meninggal beberapa saat setelah operasi selesai.

Aku sudah berkali-kali menghadapi situasi seperti ini. Tapi.... Rasanya tetap sama. Ada sesak yang tidak bisa kujelaskan mengapa. Risiko pekerjaan ini memang harus kutanggung.

Tanpa kusadari aku tertidur di meja kerjaku, saat kubuka mata kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4 lewat. Sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang. Aku pun bergegas mengambil sarung untuk pergi ke lantai paling atas gedung ini. Disanalah mushola yang selalu kugunakan untuk shalat.

"Aduh, ini AC koridor kenapa dingin sekali, ya?" gerutuku saat akan menuju lift.

Kutekan tombol panah keatas dan kutunggu lift terbuka. Ada seorang wanita di sana. Dia memakai baju pasien rumah sakit ini, piyama lengan panjang berwarna biru dengan aksen garis putih di bagian tangan dan kerahnya, tetapi sudah tidak memakai infus.

Tunggu dulu.... Sepagi ini? Tidak ada perawat yang menemani? Ah, aku tidak mau berpikir aneh-aneh. Mungkin dia sedang bosan, atau baru kembali dari laboratorium. Kulihat juga dia sudah cukup sehat untuk berjalan sendiri.

Aku tersenyum lalu berdiri di sampingnya. Menanti lantai demi lantai yang akan kami lewati. Semerbak harum bunga memenuhi lift yang kecil itu secara tiba-tiba. Aku pun merasa bulu di leher belakangku meremang, menjalar ke punggung dan menetap.

Kulirik pasien perempuan di sampingku. Tetapi dia sepertinya tidak merasakan keanehan itu.

Saat lift tiba di lantai 3, pintunya terbuka. Mataku langsung terbelalak, nafasku serasa tercekat, kulihat seorang wanita muda berdiri di sana, menatap kosong ke depan. Aku melihat gelang abu-abu di tangannya. Gelang yang kupasangkan saat jantungnya sudah tak lagi berdetak di ruang operasi tadi. Aku tidak mungkin lupa wajahnya.

Dengan napas yang masih memburu karena terkejut, aku langsung memencet tombol untuk menutup pintu lift, mengatur napasku sampai kembali normal.

"Dok, kenapa perempuan itu nggak boleh masuk?"

Aku baru sadar di sampingku ada pasien perempuan yang sejak tadi bersamaku. Aku pun menjawab dengan cepat.

"Perempuan itu yang meninggal saat saya melakukan operasi tadi malam. Ada gelang abu-abu yang saya pasangkan. Menandakan dia itu sudah meninggal".

Wanita itu tersenyum kepadaku, lalu kembali menatap ke depan sambil mengangkat tangan kanannya dan berkata....

"Maksud dokter gelang seperti ini?".

author

About Author:

"I'm just a weirdo who live between two worlds".
Follow her on Twitter and facebook


Back To Top