| |

Percakapan Dengan Kamu (1)


Beberapa menit yang lalu aku ngobrol dengan salah satu muridku. Sejak pagi dia nggak mau masuk kelas. Dia terus saja mengikuti kemana aku pergi (bahkan ke kamar mandi) sambil menangis. Aku sudah bertanya apa sebab dia menangis, tetapi setiap kali dia selalu menjawab "Nggak mau, Miss. Nggak mau....". Baiklah akan kutunggu sampai dia mau bicara. Toh dia hanya mengikutiku saja, menurutku nggak mengganggu.

Aku pun bertanya lagi di sela-sela tangisnya, "mau nangis sampai kapan, Dy?" 

"Sampai bosan. Pokoknya aku mau nangis sampai bosan."

Hufh, anak ini memang menguji kesabaranku. Aku tahu apa yang menyebabkan dia bertingkah seperti itu, tapi.... Ah, sudahlah. Nanti juga pasti dia bercerita.

Aku pun mulai mengajar, dia masih terus saja mengekor. Kali ini tangisnya sudah berhenti, namun masih saja nggak mau kembali ke kelas. Aku mengajar 2 kelas hari ini, dan dia masih saja terus disampingku. Saat aku sibuk dengan laptopku, dia mulai bercerita di sampingku.

"Aku nggak mau masuk kelas, nggak suka ke sekolah."

Aku nggak menanggapi. Kubiarkan saja dia terus bercerita.

"Aku bosan, Miss. Nggak mau sama oom yang antar aku sekolah. Nggak mau, Miss."

Aku masih tetap diam. Aku takut jika kutanggapi, dia akan berhenti bercerita.

"Miss Ayumi, aku capek. Aku nggak suka nangis, nggak mau nangis."

Aku pun menatapnya, "Ya sudah, sekarang nggak boleh nangis lagi ya? Ke kelas ya?"

"Aku disini saja. Aku capek, Miss. Aku nggak mau lihat anak-anak itu, nggak mau lihat mbak-mbak itu, nggak mau lihat oom yang antar aku sekolah. Aku nggak suka." Tangisnya pecah lagi, tanpa suara, hanya airmata yang mengalir.

Dia biasanya menangis sambil berteriak-teriak dan memarahi semua orang yang ada di sekitarnya. Tetapi kali ini dia menangis dalam ceritanya.

Aku memeluknya, membiarkannya menangis lagi. Bagi sebagian anak yang belum mengerti, mereka hanya bisa bilang lelah dan capek. Mungkin sebenernya banyak yang ingin mereka sampaikan, terlalu banyak.... Tapi sebagian besar dari kami, memang tidak dikaruniai bakat untuk berbicara lisan dengan baik. Sama seperti dia, aku tahu apa yang dia lihat. Aku tahu rasanya memang tidak menyenangkan, apalagi dia masih kecil. 

Sabar ya, sayang. Nanti kalau kamu sudah besar, pasti bisa mengendalikannya.

Dia masih menangis, dalam tangisnya dia bilang "Miss, aku takut sama oom besar dan hitam yang daritadi mengikuti aku terus. Matanya merah semua..."
author

About Author:

"I'm just a weirdo who live between two worlds".
Follow her on Twitter and facebook


Back To Top